Kamis, 26 Desember 2013

SAJAK SEORANG PLAGIAT


SAJAK SEORANG PLAGIAT
Oleh: Tri Mulyono

Dari dan kepada para plagiat...

Inilah sajak
Kutulis dengan serius membajak
Yang langsung bisa kutebak
Jika aku bukan orang bijak

Mudah sekali
Mengakui, menilai, dan menghakimi
Dan aku salah lagi
Sebab sudah jujur terhadap sepi sendiri

Aku bertanya-tanya kepada dunia
Tapi pertanyaanku kini hanya tinggal kata
Dari sekian banyak nama
Selalu aku bagai anjing betina

Ini bukan tabiat giat
Aku juga tak betah tersesat
Dan doa ingin cepat taubat
Pun bukan—bukan seorang plagiat

Jakarta, 26 Desember 2013

Selasa, 24 Desember 2013

SAJAK MIMPI YANG LELAH

SAJAK MIMPI YANG LELAH


Malamku di pembaringan
menerka jarak-jarak kemungkinan
Dari lalu ke depan
Setiap jengkal, setiap langkah coba engkau rasakan

Angin tak tampak ada
tapi ia hadirkan yang tiada
Masa-masa penuh noda, jeda, dan hitam
pekat selekat malamku di pembaringan

Kini napas kian memberat
Namun kutahan lagi dengan obat
Perhatian kasihmu timbulkan kalap
Maka aku pun tak ingin lama terlelap

Sebab biar kau tahu:
Aku sudah lelah bermimpi

Dulu namanya memang mimpi
Tapi sekarang, sebut saja itu sepi
Atau ketika sajak ini selesai kutulis
Mana ada yang bilang tulisan ini sajak

Paling tidak kamu mengerti
Diriku tak pernah sanggup membenci
Lalu kuajak kau memaknai kesalahan
Mengungkan harap, beda, apa saja asal itu kenyataan

Nyatanya obat tadi manjur
Pandangku mundur-mundur kabur
Jadi aku hanya ingin jujur
Walau agak rumit untuk bisa tidur

Dan mata itu mulai terpejam
mengingat segala yang telah silam


Jakarta, 7 Desember 2013

Sabtu, 14 Desember 2013

[PUISI] Lucunya Kerinduan



Waktu kian terasa sempit
Malam masih saja pelit
Tiada didengar oleh langit
Rindu yang berbelit-belit
Juga aku dan kalian
Mengabadi pada kenang-kenangan
Maukah kau ingat, teman?
Masa itu masa penderitaan

Kini kita tertawa jauh
Sedia membasuh luka dan peluh
Jangan pongah biar kukuh
Duh, duh, inilah keluh
Kala kali kembali bertemu
Coba ingat-ingat masa itu
Walau lupa tetap lucu
Semasa selagi malu-malu

Jakarta, 1 Desember 2012

Jumat, 06 Desember 2013

Sekat-sekat Hitam


Enam bulan kupu itu menari
Enam bulan ia mencari; terbang ke sana-sini
Lihatlah! Bunga-bunga terus bermekaran
Tapi tak kau rasakan suasana yang nyaman

Enam bulan dan waktu berganti...

Dengarlah! Buku-buku itu terus terbit
Tapi bukan kau penulisnya
Hebat!
Sungguh penulis-penulis berbakat!
Sementara sudah lima tahun
Kau bilang dan kau katakan kepada dunia
"Suatu saat nanti aku akan menerbitkan buku!"
Tapi apa? Sendiri pun tak ada

Siapa kau sekarang?
Penulis bukan, pujangga apalagi

Mau apa kau sekarang?
Bertanya sesekali, mereka jawab yang lain

Yang lebih menghasilkan
dan Si Miskin sepertimu
Biarlah nanti, nanti, nanti

Enam bulan dan waktu tak pernah menanti...

Betapa sunyi jalan ini
jalan yang tak ada ujung dunia pun,
Yang sesatkan para pengais makna
yang singkirkan para pengagum lara

Bila saja ada harap yang tak mati
baringkan aku pada tiap-tiap sunyi,
Di sana jauh lebih baik
daripada di sini tanpa kepastian


Jakarta, 6 Desember 2013

Kamis, 21 November 2013

Aku, Masa Lalu, dan Khayalan-khayalan


Dik, kalau aku selalu gagal, masihkah pantas kegagalanku ini menjadi kebahagiaan untukmu? Kebahagiaan yang orang cari-cari, yang jarang orang berpikir dalam sekejapan mata kita bisa menciptakannya.

Dik, kalau aku berandai-andai, sanggupkah kau temani aku dalam setiap penolakan yang kerap kali aku ceritakan? Barangkali kita telah terlupa dari harapan-harapan. Bila saja kenyataan ini tak membuat deritamu semakin dilema perasaan bersalah, Dik.

Banyak hal yang dapat kutemukan ketika aku memejamkan mata, Dik. Masih dapat terlihat dengan jelas bagaimana pertama kali kita bertemu, melempar pemikiran dalam pandangan masing-masing, tersenyum walau tanpa sepatah kata yang menghiasi pertemuan itu. Tidakkah kau ingat, Dik, bahkan saat aku dengan cuek memperhatikan kebersamaanmu selagi masih jadi kekasih temanku.

Kini dalam setiap kabar kecemburuan, tiada lagi yang bisa kita jelaskan. Apalah arti kejelasan. Apalah arti merindukan status hubungan. Tapi keadaannya kini berbeda, Dik, aku terlalu mencintai untuk tidak dicintai. Aku terlalu peduli untuk tidak dipedulikan orang-orang. Dik, ini bukan tentang ketika aku bersama penolakan dan kegagalan-kegagalan yang datang, melainkan aku hanya ingin bersandar pada khayalan serta pada tiap-tiap doa yang penuh akan harap.

Bagaimana seseorang bisa membenci saat hidup ini mengharuskan masing-masing manusia untuk saling mencintai?

Pertanyaan bodoh. Sudah jelas setiap orang punya pilihan tersendiri. Tapi mana tahu ada keajaiban. Tapi mana mengerti jika keraguan mendatangkan kebenaran. Ya, setidaknya kebenaran itu hanya untuk diriku sendiri. Aku tak ingin terkapar dari pertanyaan-pertanyaan—tentang kapan terbitnya buku yang seringkali aku promosikan ke orang-orang. Sulit, Dik, tamparlah aku jika saja aku terlalu banyak berharap. Tinggalkan saja masa lalu. Ah, sudah sering aku mendengar pesan seperti itu. Saat orang-orang berpesan demikian, tapi mengapa mereka juga berkeinginan untuk kembali ke masa lalu masing-masing, meski hanya sebentar, setiap kejadian menghadirkan berjuta-juta keinginan untuk diingat. Seperti kita sekarang, Dik, aku tak mau melewatkan masa-masa genting antara ditolak ataupun berhasil dan selangkah sampai ke impianku: menerbitkan buku yang aku sendiri penulisnya.

Kau tahu aku mulai serius menjalani rutinitas seperti membaca, menulis, membaca, menulis, dan memperdalam untuk bisa kenal dengan yang namanya sastra. Dan lucunya, entah kenapa kau terlihat begitu cemburu dengan rutinitasku ini. Haha. Kalau kau cemburu, kenapa kau juga tak ikut menjalani rutinitas yang sama denganku?

Dari sudut kesunyian, izinkan aku menutup kalimat-kalimatku yang berantakan dan tak masuk dalam kategori tulisan yang bagus.

Dan dari harapan-harapan, semoga kelak tak ada kata putus asa dalam mengejar impian kita masing-masing, meski harus ditelan kebisuan dan pil pahit dari busuknya perkataan-perkataan orang—inilah aku, masa lalu, dan khayalan-khayalan.

Selasa, 12 November 2013

HUJAN KENANGAN: Martabak Rasa Mawar



Hari itu kalender menunjukkan tanggal 29 November 2011 dan jatuh pada hari Selasa. Sebelum gue bercerita lebih jauh, gue ingin mengawalinya dengan sebuah akun Twitter dengan username: TweetAnakMuda. Akun tersebut terdiri dari tujuh admin, mereka menyebut itu pelangi, dan gue terjebak di dalam 30.000 follower yang mereka bangga-banggakan. Gue nggak tahu seberapa pentingnya jumlah pengikut, lagi gue baru-barunya aktif di Twitter. Singkat cerita sih setelah putus sama cewek gue karena saat kami pacaran—gue nggak ngerti cara mainnya, HP gue rusak, dan dia cuekin gue yang cuma mejeng di chat Facebook.

Minggu, 10 November 2013

Metamorfosis Seorang Anak Manusia



Soal-soal haram, kenapa harus diwajibkan untuk dijawab? Jika tak diisi, lebih suram lagi mesti mengulang teori-teori yang sama. Bukankah teori-teori dipelajari agar mendapat pemahaman? Kalau cuma ingin mencari nilai, hidup sendiri saja tak habis untuk dikalkulasikan baik dan buruknya.

Tuntutlah ilmu hingga kau mendapatkan pemahaman, bukan hingga mendapat label sarjana dan disumpahi oleh seorang tua lengkap dengan kemeja berdasi, di dalam gedung yang penuh ngeri bagi mereka yang meratapi kapan hari kelulusan itu akan tiba. Dan dari balik panggung mereka pun tertawa, bercerita sambil bersyukur karena masih dibutuhkan oleh ulat-ulat yang dibuat bingung oleh sejarah serta pengalaman-pengalaman hidup dalam kekejaman sekat kepompong.

Sekarang, kau bisa tentukan sendiri―berjuang menjadi kupu-kupu yang indah serta bebas menghisap inti sari bunga, atau kau tak ingin menjadi ulat dan memilih menjadi kawanan-kawanan serigala saja. Ketika kau keras akan pilihanmu itu, kau akan mengalami sendiri bagaimana busuknya serigala tak lebih kejam dari mereka para pemangku jabatan.

Kamis, 07 November 2013

Kamu, Kamu, Kamu


Kamu adalah bahagia
Kamu adalah derita
Kamu adalah canda
Kamu adalah tawa

Kamu adalah duka
Kamu adalah luka
Kamu adalah lara
Kamu adalah suara

Kamu adalah sesak
Kamu adalah jarak
Kamu adalah waktu
Kamu adalah rindu

Kamu adalah harap
Kamu adalah dekap
Kamu adalah kata
Kamu adalah cinta

Kamu adalah definisi
Kamu adalah inspirasi
Kamu adalah satu
Kamu adalah belenggu

Kamu adalah ini-itu

Rabu, 06 November 2013

Panggil Aku "Sepi"



Sebut saja aku sepi. Begitu sering aku ditertawakan, begitu banyak orang-orang yang terus membicarakan, namun mereka tak beda dan tak lebih dari omong kosong yang sesaat hanya hidup dalam harapan. Aku berteman dengan sesal, keluh, kecewa, asing, hampa, sendiri, dan ada beberapa lagi yang tak kusebutkan namanya di sini. Kami kerap kali bermain meski di tempat yang ramai sekalipun. Tetapi dari pertemuan-pertemuan itu, aku lah yang selalu dituduh menjadi biang keladi dari setiap kesah manusia-manusia serigala.

Selasa, 05 November 2013

SAJAK TULI


Kenapa harus kenapa?
Kenapa harus ada karena-karena?
Ke mana lagi aku sembunyi?
Mati kau mati!



Jakarta, 5 November 2013

Senin, 28 Oktober 2013

[PUISI] ISME: Keuangan yang Maha Esa


ISME: Keuangan yang Maha Esa
Oleh: Tri Em

Delapan puluh lima tahun sudah
kita bersumpah,
Pada waktu yang telah lampau
kini semakin muda semakin kacau
Wahai kalian
para tetua zaman,
Doktrin yang mana lagi
yang harus kami andalkan?
Paham-paham berdiri sendiri
tak peduli keadaan di sana-sini
Kami namakan isme-isme
sebagai pandangan Indonesia kami,
Selalu ada yang beda
pun lebih banyak yang tak sama,
Setiap hari di pedalaman,
dalam pikiran-pikiran,
dalam pertanyaan-pertanyaan
Bangsa, tanah, bahasa, kami pertahankan!
Sementara mereka, para pejabat
bertahan di balik derita jutaan rakyat,
Sembunyi di tengah-tengah wajah kaum melarat!
Betapa piciknya konglomerat!
Saat keadilan kembali disuarakan,
pejabat-pejabat itu hanya duduk memangku dasi
Mereka nikmati sisa-sisa hitam ampas kopi
Alih-alih kebijakan bebas koruptor,
Rekayasa undang-undang tikus-tikus kantor
Keadilan bagi mereka,
Keuangan yang Maha Esa
Berbahasa satu,
Bahasa politik yang satu,
Apakah ini Indonesia-ku?

Jakarta, 28 Oktober 2013

Selasa, 15 Oktober 2013

Jalan Sunyi Seorang Penulis


"Ingat-ingatlah kalian hai penulis-penulis belia: bila kalian memilih jalan sunyi ini maka yang kalian camkan baik-baik adalah terus membaca, terus menulis, terus bekerja, dan bersiap hidup miskin.
Bila empat jalan itu kalian terima dengan lapang dada sebagai jalan hidup, niscaya kalian tak akan berpikir untuk bunuh diri secepatnya."

Sebuah tamparan yang sangat berkesan dari seorang Muhidin M. Dahlan atau biasa dikenal dengan Gus Muh untuk para penulis-penulis belia, terutama aku yang baru tiga tahun (September 2010) ini mulai serius untuk terjun ke dalam dunia kepenulisan.



Jumat, 04 Oktober 2013

[PUISI] Orkestra Sakit Hati



Nada-nada para seniman luka,
Senandung kala kecewa
yang tiada mengada-ada,
Jatuhkan aku ke dalam derita
Dekap aku dari kejinya sebuah tawa

Haha...
Ini seni paling abstrak di dunia

Tuhan Maha Bercanda.



Jakarta, 4 Oktober 2013
Mantan Playboy

Rabu, 28 Agustus 2013

Sisi Lain Kehidupan Gue

Jujur terhadap diri sendiri tidak semudah copy-paste tulisan orang. Kalimat ini gue ciptakan dan selalu gue tanamkan ke dalam benak gue. Terlebih jika gue ditanya, "Hal apa sih yang membuat lo—mau aja gitu—mengatasnamakan diri lo sendiri dengan frase mantan playboy?

Untuk sesuatu hal buruk dan menjadikannya menjadi lebih baik, gue akan terus memperjuangkannya. Ini mimpi gue.

“Monalisa dikenal bukan karena bagus, tapi karena Da Vinci amat sangat posesif terhadap karyanya itu: kemana-mana dia bawa. Maka posesiflah terhadap karya-karyamu.” sebuah tweet dari Mbah Jancuk Sujiwo Tejo. Kemudian gue jadi teringat dengan Monalisa versi gue.

Setiap pergi ke acara gathering forum kaskus atau yang lainnya, gue selalu bawa cerita tentang buku gue. Bersyukur disambut positif. Kalau ada teman gue yang main ke rumah atau gue menemui mereka di luar, pasti ngadain talkshow kecil-kecilan. Nggak jauh, tentang buku juga kehidupan gue. “Mul, buku lo udah terbit?” pertanyaan ini pasti ada. Dan yang lebih konyol… “Mul, kapan punya cewek lagi?” hahaha…

Atau bagi yang belum begitu kenal dengan gue, waktu gue sebut “Mantan Playboy” pasti pada kagak percaya. Yaudah~


Rabu, 31 Juli 2013

Ketika Mayat Bersurat




Untuk kamu yang selalu ada di dalam ceritaku...

Kalaupun kamu memang tulang rusukku yang bengkok dan patah—nanti, ada saatnya, aku tak lagi akan membiarkanmu terbaring lebih lama. Meski kamar kita terpisah dan terbatas satu dinding besar diantaranya, jangan dulu kau beranjak dari tempat tidurmu. Memang, aku tak punya kapak ataupun palu untuk meruntuhkan dinding itu. Aku hanya punya sebuah pena di dalam saku bajuku, sebuah buku catatan yang selalu kugenggam sebelum mataku kalap terpejam, dan senyumanmu yang selalu menjadi penghias mimpi burukku.


Jumat, 19 Juli 2013

Kenanglah Aku


Teruntuk kamu
dengan segala jawab dariku,
Yang terkadang kau ragukan,
Yang terkadang kau tepis kebenarannya
sesungguh-sungguhnya aku...

Sabtu, 13 Juli 2013

KARMA



Sebelum gue membahas lebih jauh tentang karma versi mantan playboy, gue mau menjelaskan artinya terlebih dahulu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau biasa kita kenal dengan sebutan KBBI.

Karma:
1 Perbuatan manusia ketika hidup di dunia;
2 Hukum sebab-akibat.


Jadi, apa itu karma? Menurut mantan playboy, karma adalah hal yang tidak pantas dibicarakan secara umum lagi terus-menerus. Kenapa demikian? Gue pernah bertanya ke Ibu gue mengenai hal ini. Semula gue berharap bahwa Ibu juga akan menjawab pertanyaan gue dengan sopan, namun nyatanya beliau membentak dan menjawabnya dengan nada sedikit meninggi.

“Mak, karma itu apa sih?” tanya gue pura-pura nggak tahu.
“ASTAGFIRULLAH! KAMU NGOMONG APA BARUSAN?! MESTINYA KAMU BERSYUKUR MASIH BISA MENJALANI HIDUP KAMU DENGAN CARA KAMU SENDIRI!”

Sabtu, 29 Juni 2013

Akulah HIV, Akulah AIDS

by Tri Mulyono (Notes) on Thursday, 1 December 2011 at 19:42

Ratusan, ribuan, jutaan
Bahkan milyaran orang aku bunuh
Tanpa pandang bulu

Derajat, martabat, pangkat
Semua aku sikat
Rata dan tanpa tersisa..

Tua, muda, kaya ataupun miskin
Sama dan tanpa terkecuali

Tidak!
Ini bukan salahku!
Ini caramu mengundang aku
Menyapa gemerlap dalam gelapnya kehidupanmu

Ragamu berubah,
Jiwamu diselimuti rasa penuh salah,
Semua penyesalanmu mencoba melawan
Telak kau kalah sebelum kau ada di masa depan 

Aku datang
Kau bimbang,
Kau berlari
Kau berjuang untuk tetap bisa berdiri

HIV
Itulah namaku,
Tak ada yang bisa
Tak ada yang mampu
Menghadang derasnya ambisiku

AIDS
Itu juga bagian dariku,
Ku ajak kau memasuki duniaku:
masa inkubasi
Semakin jauh seperti mati

Satu pesan dariku, untukmu...

Cintailah Tuhanmu, jangan!
Jangan engkau menyekutukannya
Cintailah pasanganmu, jangan!
Jangan engkau menduakannya

==============================

Terakhir kalinya gue edit puisi gue ini setelah sekian kali gue revisi sendiri. Selamatkanlah dirimu serta orang banyak selagi kau masih merasa memiliki hati yang tulus!

Senin, 24 Juni 2013

10 Things I Hope from GagasMedia #unforgotTEN




Jeng jeng jeng!!!

Ketemu lagi nih sama mantan playboy! Hihi... sok imut banget gue pake ketawa kunti-___-

Pertama-tama, yuk sama-sama ucapin selamat buat GagasMedia karena sebentar lagi genap 10 tahun berkutat di dunia penerbitan juga perbukuan di Indonesia!

10 tahun bukan waktu yang sebentar lohh, mengingat nggak hanya GagasMedia yang menampung penulis-penulis hebat (gue masih calon) yang bersanding dengan penerbit-penerbit besar lainnya seperti.... lihat sendiri aja di toko-toko buku! :))

Sebelum gue menuliskan harapan gue, gue mau cerita sebentar awal gue mengenal GagasMedia.

Senin, 17 Juni 2013

Akibat Pergalauan Bebas

Hai hai hai! :)

Postingan gue kali ini mau membahas seputar susah dan mudahnya seorang cowok/cewek untuk move on dan melupakan mantan pacarnya.

Gue mengklasifikasikannya menjadi 2 bentuk:
  1. Move on
  2. Lupa
Gue udah riset dari pengalaman gue sendiri atau baca curhatan orang-orang, juga bukan mau sok tahu, tapi gue mau menjelaskan hal yang umum menjadi lebih spesifik lagi. Dan mungkin ada kata-kata gue yang pernah lu baca tapi juga ikut dalam postingan kali ini.

Galau? Simak aja dulu riset gue di bawah ini~


Kamis, 13 Juni 2013

Lembar Pertama

Hai! Ini postingan pertama gue di blog! Jujur gue masih awam banget sama dunia blogging. Gue tahu apa itu blog, tapi gue lebih cenderung berkutat di komunitas Kaskus dan cukup aktif di forum tersebut.

Ngomong-ngomong soal postingan pertama, biasanya yang pertama itu selalu bisa dikenang, apalagi cinta pada pandangan pertama. Coba aja diinget, paling indah itu ya saat pertama lu melakukan sesuatu hal, seperti yang gue bilang tadi. Seperti hari ini juga. Ini pertama kalinya gue mengajukan naskah cerita gue ke salah satu penerbit mayor, dan tempatnya itu luas banget! Hari ini gue diajak Mba Ayumi syuting promo bukunya yang berjudul My Creepy Diary: catatan seorang gadis indigo.

Jam 12 siang tadi kami bertemu di 7Eleven Taman Mini Square, setelah itu baru melanjutkan perjalanan ke kantor penerbit. Di jalan tadi gue berharap nggak turun hujan karena langit di atas jalan TB. Simatupang udah lumayan gelap kayak orang yang baru putus terus mantannya ternyata udah punya pacar lagi (pacar baru). Yah namanya juga takdir, padahal dikit lagi sampai, tapi gue dan Mba Ayumi terpaksa melipir dulu karena hujan turun dengan derasnya. Sampai di kantor penerbit, gue terpesona melihat aktivitas yang ada di sana sebab nggak kelihatan seperti kantor, melainkan rumah yang katakanlah rumah elit. Oh ya, satpamnya baik lohh, gue dan Mba Ayumi dipinjemin payung buat sampai ke pintu depan kantor penerbit tersebut.

Sesampainya di lobby...