Senin, 28 Oktober 2013

[PUISI] ISME: Keuangan yang Maha Esa


ISME: Keuangan yang Maha Esa
Oleh: Tri Em

Delapan puluh lima tahun sudah
kita bersumpah,
Pada waktu yang telah lampau
kini semakin muda semakin kacau
Wahai kalian
para tetua zaman,
Doktrin yang mana lagi
yang harus kami andalkan?
Paham-paham berdiri sendiri
tak peduli keadaan di sana-sini
Kami namakan isme-isme
sebagai pandangan Indonesia kami,
Selalu ada yang beda
pun lebih banyak yang tak sama,
Setiap hari di pedalaman,
dalam pikiran-pikiran,
dalam pertanyaan-pertanyaan
Bangsa, tanah, bahasa, kami pertahankan!
Sementara mereka, para pejabat
bertahan di balik derita jutaan rakyat,
Sembunyi di tengah-tengah wajah kaum melarat!
Betapa piciknya konglomerat!
Saat keadilan kembali disuarakan,
pejabat-pejabat itu hanya duduk memangku dasi
Mereka nikmati sisa-sisa hitam ampas kopi
Alih-alih kebijakan bebas koruptor,
Rekayasa undang-undang tikus-tikus kantor
Keadilan bagi mereka,
Keuangan yang Maha Esa
Berbahasa satu,
Bahasa politik yang satu,
Apakah ini Indonesia-ku?

Jakarta, 28 Oktober 2013

Selasa, 15 Oktober 2013

Jalan Sunyi Seorang Penulis


"Ingat-ingatlah kalian hai penulis-penulis belia: bila kalian memilih jalan sunyi ini maka yang kalian camkan baik-baik adalah terus membaca, terus menulis, terus bekerja, dan bersiap hidup miskin.
Bila empat jalan itu kalian terima dengan lapang dada sebagai jalan hidup, niscaya kalian tak akan berpikir untuk bunuh diri secepatnya."

Sebuah tamparan yang sangat berkesan dari seorang Muhidin M. Dahlan atau biasa dikenal dengan Gus Muh untuk para penulis-penulis belia, terutama aku yang baru tiga tahun (September 2010) ini mulai serius untuk terjun ke dalam dunia kepenulisan.



Jumat, 04 Oktober 2013

[PUISI] Orkestra Sakit Hati



Nada-nada para seniman luka,
Senandung kala kecewa
yang tiada mengada-ada,
Jatuhkan aku ke dalam derita
Dekap aku dari kejinya sebuah tawa

Haha...
Ini seni paling abstrak di dunia

Tuhan Maha Bercanda.



Jakarta, 4 Oktober 2013
Mantan Playboy