Setelah
surat terbuka itu aku buat dengan sesakit-sakitnya, aku tak ingin terlalu
berharap lagi kepada mereka. Mereka yang mengaku sebagai temanku, sebagai teman
yang semakin lama semakin terasa jauh. Kau, temanku, apa lagi yang akan kau
katakan setelah cukup jauh meninggalkan aku seorang diri, juga tanpa mau untuk peduli?
Ingatkah engkau terhadap bekas luka yang tak kasat mata ini? Kau lihat aku
jatuh, lalu bangun; dari rasa ingin berharap. Kau hanya diam, menatapku
seolah-olah memang itulah yang kau inginkan. Tatapan iba, tatapan bukan
selayaknya seorang teman, tapi pengemis!