Sebelum gue membahas lebih jauh tentang karma versi
mantan playboy, gue mau menjelaskan artinya terlebih dahulu menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia atau biasa kita kenal dengan sebutan KBBI.
Karma:
Karma:
1 Perbuatan manusia ketika hidup di dunia;
2 Hukum sebab-akibat.
Jadi, apa itu karma? Menurut mantan playboy, karma
adalah hal yang tidak pantas dibicarakan secara umum lagi terus-menerus. Kenapa
demikian? Gue pernah bertanya ke Ibu gue mengenai hal ini. Semula gue berharap
bahwa Ibu juga akan menjawab pertanyaan gue dengan sopan, namun nyatanya beliau
membentak dan menjawabnya dengan nada sedikit meninggi.
“Mak, karma itu apa sih?” tanya gue pura-pura nggak
tahu.
“ASTAGFIRULLAH! KAMU NGOMONG APA BARUSAN?! MESTINYA
KAMU BERSYUKUR MASIH BISA MENJALANI HIDUP KAMU DENGAN CARA KAMU SENDIRI!”
Gue pernah labil. Gue juga pernah menjalani
masa-masa sekolah yang begitu indah bersama (mantan-mantan) pacar gue. Suatu
ketika gue berbuat satu kebodohan karena merasa takut dan merasa terancam oleh masa
lalu gue sendiri. Dan karena ketakutan itu, akhirnya gue memutuskan untuk
menuliskan sejarah hidup gue ke dalam sebuah buku catatan. Lama-kelamaan, dari apa
yang orang dengar dari mulut ke mulut, sekarang ini gue udah mampu menikmati hidup tanpa perlu repot-repot menjelaskan kepada mereka. Hanya sesekali mereka
perlu tahu—apa yang kita dengar tak selamanya apa yang mesti kita ucapkan
nantinya.
Banyak yang mengaitkan antara
karma dan dendam. Dalam KBBI, dendam mempunyai definisi yaitu berkeinginan
keras untuk membalas (kejahatan, dsb). Mungkin inilah titik terendah dan sifat
paling buruk dalam diri seorang manusia. Jujur, gue juga pernah mempunyai
dendam, tapi bukan kepada mereka (yang dengan mudahnya menghakimi masa lalu
gue). Semakin gue dibenci karena dianggap menyakiti hati orang banyak, semakin
gue berpikir untuk terus menyalahkan perbuatan gue.
Ada beberapa hal yang tak bisa diceritakan kepada orang yang kita kenal. Karena pada waktu tertentu, hal itu hanya akan terasa menyakitkan. Gue hanya ingin menjadi teman yang baik, dan jika mereka berpikiran buruk terhadap sikap gue—memang sudah jadi dasar manusia untuk menilai sesuatu hal. Semakin dewasa semakin orang mengerti mana yang semestinya dia terima sebagai konsekuensi dan sebagai pilihan hidup. Begitu rumit kehidupan, begitu banyak masalah yang dihadapi. Merugilah orang-orang yang senang sekali menyimpan kebencian
Dan dari semua itu...
Seorang yang berdiri di depanmu adalah seorang yang siap menerima segala konsekuensi, meski untuk itu, dia juga telah merelakan diri untuk diperkosa masa lalunya sendiri. Meski dia selalu tersenyum ketika dianggap bajingan, ketika banyak orang menganggapnya sebagai seorang yang berengsek, dia tetap tersenyum. Karena seindah-seindahnya senyuman adalah sesederhana mendoakan kebahagiaan orang lain. Ketahuilah, diam tidak selamanya emas. Sebab dalam diam terdapat beberapa perasaan yang teracuni oleh logika, sehingga membuatnya tampak mahal. Gue ulangi sekali lagi: mahal.
Lalu misalnya dikalkulasikan, apa harga kebencian setara dengan ketidakpedulian?
Jika harga kebencian sama dengan ketidakpedulian, maka karma yang mana lagi yang harus seseorang bayarkan? Andai berkhayal bisa bikin kaya...
Biarlah tulisan ini menjadi saksi bisu dari banyak pasang mata yang membacanya. Kemudian pada akhirnya—tak perlu lagi ada penjelasan—ketika mencoba mengikhlaskan rasa sakit hati terhadap kesalahan yang katanya sudah dimaafkan.
Sakit hati itu energi :D cemangat~~
BalasHapusSakit hati itu lucu. Hahaha.
Hapussakit hati itu gak enak,tapi pasti selalu ada jalan untuk menyembuhkannya :)
BalasHapus