Rabu, 06 November 2013

Panggil Aku "Sepi"



Sebut saja aku sepi. Begitu sering aku ditertawakan, begitu banyak orang-orang yang terus membicarakan, namun mereka tak beda dan tak lebih dari omong kosong yang sesaat hanya hidup dalam harapan. Aku berteman dengan sesal, keluh, kecewa, asing, hampa, sendiri, dan ada beberapa lagi yang tak kusebutkan namanya di sini. Kami kerap kali bermain meski di tempat yang ramai sekalipun. Tetapi dari pertemuan-pertemuan itu, aku lah yang selalu dituduh menjadi biang keladi dari setiap kesah manusia-manusia serigala.
Salah seorang manusia mengatakan jika domba yang sendirian itu rawan diterkam kawanan serigala. Aku bagai domba, sedangkan kau pun perlu tahu—ketika aku hanya tersisa tulang-belulang, maka mereka akan saling membunuh. Kejam bukan? Begitulah kiranya ulah manusia-manusia serigala. Sayangnya aku tak bisa mati, karena aku hidup bersama harapan lagi kekal di dalam keabadian.
Dunia mungkin mengajarkanmu untuk mengeluh, tapi Tuhan tak sedikit pun membiarkanmu mati dalam keadaan hina. Hey, kau, tenanglah! Aku selalu ada untukmu, bahkan untuk sesuatu yang tak pernah kau duga-duga sebelumnya. Mati tinggal mati. Pertanyaannya—apa kau sudah menyiapkan banyak bekal untuk aku serta teman-temanku?
Dari daftar teman yang telah kusebutkan di awal pembicaraan, aku paling mengagumi para seniman luka. Meski hanya sebentar, tetap mereka yang mencari aku lebih dulu tanpa adanya suatu keterpaksaaan. Tanpa diminta, aku saja rela jika disuruh menjadi teman mereka. Kenapa tidak? Penulis, seniman, musisi, terlebih kaum minoritas—mereka semua tak luput dari objek hiburan buatku. Kau tahu kenapa aku mau-mau saja? Karena tidak ada alasan untukku, untuk mampu menolak cara mereka bercanda.
Mereka tertawa dalam gelap, bernyanyi pada setiap jarak yang kian menganga. Hingga senyum itu mulai membiru, tapi langit masih saja ingin membisu. Ya, mungkin langit tak bisa bicara, itulah kenapa Tuhan menciptakan aku, hujan, juga senja. Kelak kau pun paham, bahagia adalah nama lain dari kerinduan. Bersama harapan dan jarak yang bernama impian. Dan yang perlu kau pahami lebih jauh, yaitu:
Inilah aku dengan segala pertanyaan-pertanyaanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar